Kamis, 28 Januari 2010

Bacalah dengan Hati

Teruntuk :
  • Ria Wijaya
  • Rista Shafwati Nadhila
  • Nida Nur Azizah
  • Alifah Yuli Nugraeni
  • Aryaningtyas Widya Pamungkas


bacalah dengan hati


pembentukan dan pembangunan mental sungguh diuji di tahun lalu , duaribusembilann . .
Sebuah waktu dimana saya menjadi benarbenar tak sepantas na menjadi sosok gadis ean lebi dewasa dan mengerti akan damai na toleransi dan perbaikan diri . .
Mengerti bahwa hidup taklah semanis dan sesimple ean ku bayangkan , bahwa kota jogja tak seramah dan sesantun ean diceritakan dalam novel dan dilukiskan dalam batik , gamelan , dan keraton .



Betapaa manis na saat kita berkumpul menjadi gadisgadis empatbelastahun ean tak begitu mengerti kejamnya lingkungan tempat kita berpijak . Janganlah bertanyatanya apha ean ku maksud kejam , tapi ingatlah , maka suatu saat kalian akan tahu . .
Kita terjebak dalam sebuah ruang fantasi ean membatasi kita untuk keluar saat itu , tapi kita merasa nyaman berada dalam ruang penuh warna berpagar emas ittu .
Hingga akhir na saat beberapa dari kita mencoba keluar pagar ittu , kita merasakan sebuah dunia lain ean tak seharus na kita pijak . Dunia ean mengenalkan indah na dan nikmat na surga dunia ean penuh kebebasan .
Tak ada ean sadar bahwa saat orangtua kita memagari ruang fantasi ittu sematamata agar kita tak terjebak dalam laknat surga dunia itu .
Tapi mungkin semua tak semudah ean kita pikirkan , saat kita telah diberi jendela untuk menengok keluar pagar bahwa badai dan hujan menanti , kita tak penah menghiraukan setelah kita lihat hamparan air kedamaian dan kemerlap lampu malam menusuk mata kita . .


Hingga aku tersentak saat kusadar pagar ittu telah hancur termakan keegoisan dan keserakahan ,
saat aku berjalan sendiri di dunia laknat ittu , kutemukan berbagai macam bentuk sifat manusia , .
Ku mengenal sebuah area bebas tanpa ada na batasan dan aduan kepada sang kholiq ,
semua seakan tunduk pada rayuan iblis ean menawarkan indah na dunia laknat ittu .


Betapa ngeri na kebebasan ittu , dibalik gemerlap dan meriah na menyimpan tusukan api ean dapat membakar habis tubuh kita .
Ku sadar dan berbalik mundur membatasi ruang ku berjalan , memagari na dengan tasbih dan menyucikan na dengan air wudhlu ,


tappi ternyata tak semua dapat memberi pathok pada jalan na , hingga sampai saat ini masi terjerumus dan terlena oleh surga dunia . .


Sudahlah !
Ean lalu biarlah menjadi kenangan pahit ean menyimpan rasa manis .
Mungkin memang tak untuk dilupakan , tapi juga bukan berarti untuk selalu diingat .
Buatlah semua menjadi pelajaran dan tolak ukur dalam berpijak pada berlian tajam tanah inni . . .



Dengan hati ,


anit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayoo comment :p
makasi :D