Rabu, 27 Januari 2010

FOR YOU :)

bintik itu kini kian meraja,
sunyi hilang ditelan deru air berjatuhan,
makin terasa di telinga.
angin berhembus semilir menerpa jari-jemariku,
lalu merayap ke seluruh tubuhku.
sendiri dalam malam gelap tak berbintang,
hujan beruntun, angin berhembus,
temaram lampu tak mengindahkan dinginnya malam sepi ini.
mataku terpejam pilu dan jari-jemariku berbanjir keringat.,
kakiku lemas bak mentega disiang terik,
tubuhku terkoyak otakku tersentak, mengingat malam itu lagi.
terasa sangat berarti untukku,
yang mungkin hanya dapat kukenang dan kusimpan erat dalam folder mungil di hatiku.
pilu itu terasa begitu nyerimerayapi palung hati terdalamku.
membayangkan sosokmu membuatku tersenyum kecut,
memlihat mata sayumu mengiris nyaliku,
kuingat kini, pelukanmu,
terasa bergetar jantungku mengingatnya.
ingin lagi kudapat dekapan hangat itu lagi.


diriku memang tak begitu berarti untukmu,
gadis kecil empatbelas tahun yang menaruh perasaan terhadap pemuda dewasa sepertimu,
pemuda angkuh yabg dibgin dan tanpa kata,
bisu dalam kediamannya,
dan diam dalam sakit dan ragunya...

aku mengenalmu (lagi) di sudut kota jogja
dengan seberkas emaram lampu,
beberapa gerobak dan es tebu di genggamanku
malam yang begitu ramai di atas hati gundahku kala itu.
kau datang menghampriku dan mengubah segala rasa sakitku terhadapnya.
tak ada rasa lebih untukmu saat itu,
sesalku kini yang menyepelekanmu dan menganggapmu maya,
seperti arti namamu, "....." yang berarti maya
ku anggap sebagai bayangan saja
tak lebih untuk sekedar dimengerti atau ditengok keberadaannya.


seiring jalannya waktu,
aku tak mengenal dirimu,
aku hanya mencoba mengerti hatimu,
menangkapnya dengan sinyal-sinyal senyumku
untuk menembus mata sayumu,
aku mengerti mengapakau begitu berubah
bukan hanya 180 derajat lagi,
tersenyum sangat sulit bagimu,
berkata sungguh membuatmu muak,
dan wanita,
membuat rasa sakitmuterasa berdarah-darah di hatimu . . .


aku ta pernah berjanji akan mengubah atau mengobati segala rasa skitmu akan wanita itu.
begitu dalam lubang yang ia gali di dalam hatimu
mengubahnya dengan serbukkasih sayangku pun tak akan cukupuntuk menguruknya.
tapi kucoba untuk memegang tanganmu erat.
menatap mata sayumu,
yang enggan menatap mataku.
membelai rambutmu lembut,
meski aku tahu kau akan diam saja dan membuang mukamu.
mengusap pipimu,
walau aku tahu kau akan menepisnya.

aku selalu dan terus menyediakan pundak dan dadaku untukmu dersandar,
saat hatimu tercabik,
kau tetap berdiri tegakmengangkat kepalamudan diam dalam angkuhmu.
aku tak memaksamu bercerita apa yang membuatmu sakit.
tapi aku tahu hanya wanita itu(lagi)


dan...
menjadi penghargaan tak ternilai bagiku,
saat kau mau menangis di dekapku,
aku tak berjanji membuatmu berhenti menangis,
tapi aku akan ada di sampingmu,
menemanimu selalu,
dan berharap engkau mengerti




Anit,

Kaliurang,
21 Oktober 2009
22:03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayoo comment :p
makasi :D