Selasa, 09 Februari 2010

Di atas rel kereta listrik

DIATAS REL KERETA LISTRIK

(Reza Setya Pamboedi)

Melihat tingkah kedua remaja. Ditambah dengan ajaknya yang menggoda, serta musik pengiringnya yang merangsang, penumpang-penumpang yang banyak itu tergelitik ikut menari. Dia menoleh kepadaku dan berkata,

“mari ikut menari, Pak”

“taklah, badan bapak masih terasa sakit. Kau sajalah yang menari.”

“tapi tak ada pasangan yang tersisa untukku. Ayolah! Temani saya. Tak apalah sakit-sakit sedikit. Apa kata anak itu? Lupakan sejenak segala duka! Ayo, mari sejenak kita ikut berlupa-lupa.”

“Bapak tidak pantas menari bersamamu. Malu dilihat orang. Apa kata mereka nanti? Si tua yang tak tahu dituanya.”

“Semua orang sekrang ini sedang gila menari! Tak pantas kalau tak ikut menari di tengah orang yang sedang menari. Ayolah, Pak. Ayolah. Malu bukan lagi milik orang sekarang ini. Ayolah. Lupakan sejenak segala duka. Mari bergembira!”

Ditariknya tanganku.

“Saya ingin sekali menari di atas kereta listrik yang sedang berjalan. Bagaimana rasanya melenggok di atas lantai yang bergoyang. Tak pernah saya temukan suasana seperti ini, seumur-umur. Ayolah, Pak. Mumpung ada orang yang mengambil inisiatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayoo comment :p
makasi :D