Selasa, 23 Februari 2010

satu makna

Gadis itu melepas kacamatanya, memandang jauh ke depan lalu tersenyum tipis. Sebuah lesung tergurat di pipi kirinya. Pandangannya tajam seakan menerawang sebuah fatamorgana gelap sebuah hidup. Ditutup laptopnya lalu beranjak pergi meninggalkan balkon atas rumah mungil itu.

”Tadaima !! ” seru gadis bertubuh mungil itu memasuki sebuah rumah.
”waallaikummsalam,” jawab seorang wanita tua berambut pendek dan bertubuh gembul.
”dari mana saja nduk” tanya wanita itu kemudian.
”ngerjain tugas di rumah temen mi”
”tugas apa? Di rumah siapa? Sama siapa saja nduk?” wanita itu sigap bertanya kepada gadis yang ternyata anaknya itu.
”Bahasa Indonesia mi, di rumah Tara ya pastinya sama Tara lah, udah kaya wartawan aja mi” jawab gadis itu sambil berjalan lunglai ke kamarnya.


Jogjakarta,
27 September 2009

It’s a damn cold night
Trying to figure out this life
Won’t you take me by the hand take me somewhere new
I don’t know who you are
But I, I’m with you
(Avril Lavigne, I’m with you)

Gadis itu menekan tombol shut down di sebuah laptop hitam di pangkuannya, dan bergegas memadamkan lampu kamar bercat hijau dan merebahkan tubuhnya di spring bed.
Dipandanginya bintang sintetis yang menyala di langit- langit kamarnya. Tersenyum tipis, dan tak lama setelah itu air matanya jatuh tertahan di dagunya. Segera diusap pipinya dan ditarik selimutnya, memejamkan matanya dan bergegas tidur.

”ayoook naik kereta itu beib!! mupeeeng! ” tunjuk gadis mungil itu ke sebuah kereta anak-anak di Kaliurang.
”Gaaak! Kayak anak kecil aja sih.” jawab si pemuda datar sambil terus menggandeng gadis mungil itu dan berjalan perlahan. Gadis itu berhenti dan memberi beban pada tubuhnya.
”Ayook naik, sekali aja, yah?” wajah gadis itu memelas.
”Gak.” jawab si pemuda keukeuh.
“Ayolah beib,sekali aja” tambah gadis itu semakin merengek.
“Gak!” si pemuda masih saja keukeuh dan datar.
“Ya udah, aku naik sendiri aja. Tunggu di sini yoh beib.” Gadis itu beranjak menghampiri loket pengantrian tiket namun si pemuda menahannya.
”Gak usah.” kali ini wajah si pemuda menggambarkan sebuah keseriusan. Si gadis menurut, tetapi terus saja menggerutu tak jelas terhadap si pemuda. Si pemuda tersenyum dan berkata,
“kalo mau misuh, misuh aja. Asal sopan”
“mana ada misuh itu sopan! Ngarang ah.” jawab si gadis sewot.
”ya udah bilang aja ’ich liebe dich’” jawab si pemuda dengan muka datar.
”heh? Apa? Bahasa mana pula itu.”
“spanyol”
“artinya apa?” tanya si gadis penasaran.
“bencong” tiba-tiba saja si pemuda tersenyum, tipis.
“oooh, lumayan buat masukan” si gadis mengangguk manja, “makan yuuk! I’m hungry, beib”. Si pemuda merangkul pundak si gadis tanda setuju.


”tadi dari mana aja? Kok jemputnya telat?” si gadis menyeruput jahe susu panasnya.
”ngisi CV di rumah temen” jawab si pemuda tanpa menoleh. Si gadis menengadahkan kepalanya.
”CV?”
”iya CV, gag tau?” tanya si pemuda yang masih saja terpaku pada makanannya.
”gag”
”Surat lamaran, beib” dan si pemuda masih saja serius dengan makanannya tanpa menoleh.
”ich” si gadis bergumam.
”ich liebe dich” jawab si pemuda yang lagi-lagi masih terpaku pada makanannya, tapi kali ini tersenyum tipis.
”bodo” si gadis berpura-pura tak peduli, tetapi otaknya merekam kata itu, ’ich liebe dich=bencong’.
”beibs,” sapa si pemuda itu yang sedang menengadah ke depan.
”ya?”
”aku berangkat ke Malay bentar lagi, tadi CV juga buat ke Malay.” Si pemuda menatap lurus ke depan, seperti memikirkan sesuatu, tetapi wajahnya menampakkan sebuah keseriusan.
”katanya tahun depan? Ambil perhotelan darat kan? Aku nggak suka kamu ambil perhotelan laut.” tanya si gadis yang mencoba tegar.
”Kalo bisa cepet, kenapa harus tahun depan, toh ujianku udah kelar, iya aku ambil darat.”
”iyaaaaaaaaa, i know that you never love me.” Kata si gadis menimpali dan menunduk melihat ujung jari kakinya.
”kata siapa?” kali ini si pemuda menoleh ke si gadis sejenak dan memijat pelan lutut si gadis, menandakan sebuah rasa, entah apa itu.
”me” si gadis mengangkat wajahnya. Matanya merah, tetapi nalurinya berkata untuk tak meneteskan air mata.
”I know, that you have been understand about my school and the job.” Si pemuda masih saja memandang ke depan.
“yeah, alright.” Jawab si gadis menyunggingkan senyum, “where will you come back?”
“maybe . . . 2 years later”
“ooh,” timpal si gadis, “ich liebe dich” dan untuk kali ini si pemuda tak tersenyum.
“masih pusing?” Tanya si gadis dan menengadah ke wajah si pemuda, mengingat si pemuda masih lelah pulang sekolah lanjut nonton konser dengan si gadis.
“dikit aja kok” si pemuda tersenyum tipis, sangat tipis, lalu berpaling dan mengusap lembut kepala si gadis, menatap matanya beberapa waktu dan mencium keningnya. Si gadis melotot.
“tempat umum tauk! You embrassed me!” jawab si gadis sewot.
“cabut yuuk.” Ditariknya lengan si gadis tanpa berkomentar dan beranjak pergi.



Jam menunjukkan pukul 3 pagi. Gadis mungil itu terbangun dan berpeluh. Mimpi itu lagi. Kejadian itu selalu membekas di malam-malamnya, de ja vu yang terlalu sering hingga terkadang membuatnya depresi.
Gadis itu beranjak dari spring bednya dan mengambil segelas air mineral yang sengaja disiapkan simbok tiap sore untuknya.
Seperti biasa, diambilnya bingkai foto di atas tempat tidurnya, diciumnya foto itu. Air mata si gadis menetes, mungkin untuk kesekian kalinya.
Gadis itu kembali ke tidurnya.


Dengan berat, si gadis mungil itu melangkahkan kakinya menuju pintu gerbang sekolah. Gadis itu berhenti di depan kelas dan menghirup nafas dalam-dalam, berkata dalam hati bahwa semuanya baik-baik saja.
Seperti biasa, bangku paling depan pojok kiri. Tak lama setelah duduk, sahabatnya menghampiri gadis itu.
”what the hell going on.” Kata si gadis itu lantang.
“kenapa chan?” Tanya si gadis lembut.
”bad mood, pengen misuh.”
”kalo misuh aku punya kata ampuh, dulu aku dikasih tahu sama temenku” kata si gadis, suara hatinya berkata, ya... teman spesial.
”hem?” respon cewek yang dipanggul chan itu.
”bahasa spanyol, arti indo nya ’bencong’” kata si gadis antusias, ”kalo spanyolnya, ’ich liebe dich’”
Teman si gadis itu terpaku, diam lalu menengok dan bertanya pada si gadis,
”kamu tahu arti kata itu?”
”tau lah, ich liebe dich, artinya bencong” jawab si gadis mantab, ”kenapa sih? Mukanya aneh gitu.”
”BUKAN TAUK! ITU ARTINYA ’AKU CINTA KAMU’” teriak cewek itu.
”bilang kamu bo’ong?” jawab si gadis kaget.
”GAK!” teriak cewek itu mantab.
Si Gadis itu tersadar akan kebodohannya, dan lagi-lagi menangis, bahwa ‘ICH LIEBE DICH’ berarti ‘AKU CINTA KAMU’ bukan misuhan apalagi bencong, kalimat yang tak pernah dikatakan oleh si pemuda sebelum hari itu.
“ich liebe dich, beib, always if will be.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayoo comment :p
makasi :D