Selasa, 23 Februari 2010

PACAR SAHABAT DEKATKU

PACAR SAHABAT DEKATKU

Aku berjalan menyusuri gang kecil dihadapanku dengan langkah gontai. Bersama semilir angina senja menerpa wajahku yang aku rasakan seperti cambukan-cambukan kecil. Dinginnya membuatku bersin beberapa kali dan merasa hidungku mulai berair. Oh God ! jangan sekarang, jangan sekarang alergi dinginku kambuh. Tapi ternyata Tuhan tidak mengabulkan doa-doaku. Ku ambil bongkahan travel pack tissue yang selalu kubawa kemana-mana. Dinginnya benar-benar menusuk tulanhku. Kulihat arloji putih di tanganku. Melotot aku dibuatnya. Kucepatkan langkahku menuju sebuah rumah kecil bernuansa belanda di kawasan perumahan yang entah apa namanya itu dan sering aku kunjungi. Gang kecil yang kulewati memang sangat efektif menurutku. Gang itu menghubungkan ringroad utara dengan maguwoharjo. Dalam hatiku saat ini, apa yang akan . . .

“Annnnniiiiiiiiiiiiiiiitttttt . . . !!!!” ; lamunanku terbuyar sektika oleh suara cewek yang sangat aku hafal itu.

“Kemana aja lo, jamuran tauk nungguin lo disini, tau gini gua jemput aja tadi, pake gag mau gua jemput segala pula, kan moment penting. . .” tata menerocos sambil manyun terus dihadapanku.

“Hehehe . . maaf ta “ aku meringis kepadanya dan memasuki pintu rumahnya yang tertutup itu. Weits, bukannya ga sopan, saking seringnya aku ke rumah ini dan saking dekatnya aku dengan Tata aku mendapat izin untuk mengenggap rumahnya sebagai rumahku sendiri begitupun sebaliknya. Lagian keluarga kami memang dekat dan kalau diurut-urut kami masih saudara walaupun jauh.

“Hei nit !” mas Dito yang tak bukan dan tak lain adalah masnya tata itu menyapaku.

“Hai mas . .” kusunggingkan senyumku terhadapnya.

Aku langsung menuju ruang tengah dan buru-buru pergi ke kamar mandi. HIV nih aku. Hasrat Inin Vivis. Setelah selesai segera aku berlari kecil menemui Tata yang sudah duduk menungguku di sofa ruang tengah. Kulihat dia sangat bahagia menjawab telepon yang ada digenggamannya. Someone special pikirku, tapi kenapa dia gag cerita yah sama aku.

Aku manyun mendekati Tata yang begitu asyiknya mengobrol dan tak menyadari kehadiranku di sisinya sedari tadi. Aku memang tidak ingin mengganggunya. Kukeluarkan Hp yang sedari tadi ku katongi untuk mengatasi kebosananku. Seulas senyum menghampiri bibirku dan memamerkan satu lesung pipi kiriku. Dari seseorang yang telah aku sayangi selama satu tahun ini. Tapi rupanya Tata menyadari kegiranganku, dia mendongakkan kepalanya sejenak dan berkata padaku, “Siapa nit ?”

“Biasa ta, kakak gua” jawabku singkat dan Tata segera memalingkan wajahnya dan asyik mengobrol lagi. Aku memang tidak pernah cerita soal orang yang aku sayangi terhadap Tata. Walaupun sangat dekat, untuk masalah yang satu ini aku memang sangat rapat terhadap siapapun, entah kenapa aku juga gag tau.

Telepon itu ditutup dan Tata memelukku kegirangan sambil nyanyi lagunya Pinkan Mambo yang kasmaran. Aku terheran-heran, tumben banget ???

“Ta, cerita lo ma gua ato gua pulang SEKARANG ! katanya disuruh kesini buat cerita, gimana sih” aku pura-pura manyun dan menahan tawaku.

“Nit, sebenernya beberapa bulan ini gua naksir cowok, gua sayang banget ama doi. Doi yang udah nylametin gua pas gua agi bingung mau nyebrang jalan gimana, heheheh . . .” tata meringis malu, dari dulu Tata memang gag bisa nyebrang jalan.

“Trus trus ? kok baru cerita sekarang sih? namanya siapa? anak mana? Rumahnya mana?” kataku penuh antusias karena aku memang penasaran siapa cowok beruntung yang bias merebut cinta pertama sahabatku ini.

“Teruuuuussssssss . . .” Tata sedikit menggodaku.

“Jiaaaaaa . . ya udah kalo gag mau cerita, aku menggenggam remote hendak menyalakan TV sebelum tanganku ditangkis Tata.

“Ntar dulu dong, iya deh iya, maaf” Tata tersenyum padaku, bisa dibilang Tata memang cantik, Tata lumayan tinggi, kulitnya putih, rambutnya ikal panjang, dan pawakkannya memang TOP BGT deh, di sekolahku aja banyak banget yang naksir ma nih anak yang manjanya gag ketulungan.

“Namanya . . . ah ntar kenalan sendiri aja ma doi, bentar agi juga dateng, katanya doi lagi ngurusin club volley na. “ waah . . kalau aku jadian sama orang yang aku saying dan Tata jadian ma doi’nya, keren banget kali ya sama-sama dapet anak volley.

“Dia anak SMA Melati, IPS1-3, masalah fisiknya lo lihat sendiri aja ntar, kalo menurut gua sih standar cowok cakep, pantes dong bersanding ama gua, hahaha. . . yang jelas gua udah sayang banget ama doi, Cuma doi yang di hati gua” kata Tata sambil menepuk-nepuk dadanya dengan bangganya.

“Anak Melati ? IPS1-3 ? anak volley ? yang bener aja lo ta ?” aku terheran-heran mengingat gebetanku yang anak volley itu sama-sama anak SMA Melati IPS1-3.

“Iyaa anit sayang, anak SMA Melati IPS1-3, kenapa sih ?” Tanya Tata heran.

“Emh, gag papa kok, heran aja orang yang kita suka sama-sama anak Melati IPS1-3, huft . . . “ kataku sambil mendengus, mau gag mau bentar lagi Tata pasti tau siapa yang aku saying.

“WHAT ? siapa nit yang lo sayang ? kok gaa bilang-bilang ama gua sih !!!” Tata menatap mataku tajam dan mendengus kesal di hadapanku.

“Gini aja deh Ta, entar kalo kamu dah jadian ama Doi, baru aku kasih tau, ok ok ?” kataku manis dan mengedip-ngedip genit terhadap Tata, berharap dia menyaguhi permintaanku dan suatu saat melupakannya.

“Ya udah deh gag papa, lagian gua yakin banget doi bakal jadian ama gua deket-deket ini, menginget kita sering banget jalan bareng ama telepon-teleonan, yaah walaupun yang ngajak jalan selalu gua. Hehehe . . . “ Tata mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi kegirangan. Baru kali ini rasanya kulihat Tata seyakin ini pada seseorang. Pasti nih cowok special banget buat Tata.

“Iya deh tuan putri yang cuuaantuuiiik ! percaya deh.” Kemudian kami tertawa bersama-sama.

“Teeeeeeett . . teeeeeeeeeeeeeeeeett. . . !!!!” bel rumah Tata berbunyi nyaring diiringikeinginanku untuk poup, perutku terasa panas setelah kebanyakan makan batagor yang super duper pedes tadi. Segera aku berlari ke kamar mandi di kamar Tata secepatnya. Aku memang sengaja poup di kamar mandinya Tata, biar lebih privat gitu. Kudengar sayup-sayup Tata memanggilku lalu berlari entah kemana, mungkin membukakan pintu untuk tamunya.

Setelah berdiam diri di kakusnya tata aku duduk-duduk di balkon kamar Tata yang berada di lantai atas itu. Semilir angina dan pemandangannya terasa menyejukkan hatiku. Deretan pohon-pohon dan Stadion Maguwoharjo yang tinggi menambah keelokannya. Disaat seperti ini, aku jadi inget kejadian beberapa hari lalu saat gebetanku resmi . . .

“Spongebooooooooooooobb . . .!!!!!!!!” teriakan Tata yang memanggilku itu membuyarkan pikiranku, tak lama kemudian Tata sudah berada di sampingku, cepet juga nih anak naeknya, nyaingin Cat Women aja, hihihi. . .

“Iyaaah Patrick, kenapa kenapa?” aku menjawabnya santai. Kami memang sering menggunakan panggilan sayang itu. Aku si Spongebob dan Tata si Patrick.

“Gih sono ke bawah udah ditunggu doi gua, gua udah bilang ke dia bakalan ngenalin sahabat tercinta gua ama doi. Gua mau pergi keluar bentar, disuruh mama buat ngambil kue tempatnya Budhe Narti. Dah gih sono, kasian tuh, udah malem nih, keburu pagi” Tata menjelaskanku panjang lebar dan bergegas mengambil kunci motornya lalu berlari turun ke bawah. Belum sempat aku melangkahkan kakiku, Tata mendongak dari balik pintu dan berkata, “Lo kenalan sendiri bisa kan? Kayaknya gua agak lama neh, gag papa kan lo nemenin dia dulu? Orangnya baik kok, gag rese.” Terocos Tata

Tak lama kemudian kudengar hentakan-hentakan kaki Tata berlari menuruni tangga dan lama-kelamaan menghilang dari pendengaranku.

Jantungku berdegub kencang berlari menyaingi rossi di sirkuitnya. Entah apa yang aku rasakan saat ini, jantungku benar-benar tak bisa aku control. Seperti ada sesuatu yang tak menyenagkan akan terjadi, tapi gag mungkin lah, mungkin aku hanya grogi untuk bertemu dengan someone specialnya Tata.

Seiring dengan langkah kaiku berjalan, jentungku masih saja berdegup kencang dan berjuta-juta pertanyaan berkecamuk di pikiranku. Sekuat tenaga ku hilangkan pertanyaan itu dari otakku, aku terlalu lelah untuk memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu dan menjawabnya sendiri. Mungin tidak untuk hari ini. Beberapa hari ini aku memang sangat lelah. Capek hati dan capek pikiran.

Langkah kakiku terhenti saat kulihat seorang cowok yang ada di ruang tengah. Gag salah lagi pasti ini orangnya. Cowok itu menguatkan keyakinanku akan specialnya posisi cowok ini di hati Tata. Tak sembarangan orang bisa masuk ke ruang tengah ini kecuali kerabat-kerabat yang sudah dianggap dekat oleh keluarga ini. Begitulah peraturanya.

Cowok itu berdiri di depan jendela besar di ruang tengah ini. Menatap jauh keluar, entah apa yang tengah dipikirkan cowok itu. Pemandangan di sana memang sangat indah sengaja di design khusus oleh ayah Tata yang kebetulan arsitek. Tapi ada satu hal yang mengganjal pikiranku. Pembawaan cowok itu sangat taka sing di mataku. Tapi siapa? Segera kuhapus lagi pertanyaan tentang cowok itu di otakku.

Aku berjalan pelan menuju tempat cowok itu berdiri. Aku berdiri terpaku di belakangnya. Hatiku berkecamuk ragu yang sangat besar. Kulihat rambutnya, spike, cara berpakainnya, tingginya, kulitnya, jaketnya, jam tangannya dan aroma parfumenya benar-benar tak pernah asing di hidungku. Semua itu membuyarkan lamunanku akan sesosok…

Aku menunduk, berusaha keras melenyapkan aura negative di otakku. Cowok itu menepuk pundakku dan lagi-lagi aku terjaga dari pikiranku. Aku mendongakkan kepalaku. Seketika air mata tumpah ruah di pipiku, hatiku benar-benar sakit dan dadaku terasa sangat sesak. Badanku sangat lemas, tulang dan ototku tak bisa aku gerakkan. Cowok itu terpaku menatap wajahku. Sangat jelas cowok itu merasakan hal yang mungkin sama denganku, tangannya yang dingin menggenggam tanganku erat seakan tak mau untuk melepaskannya. Jari jemarinya menghapus air mataku, kemudian dia mengangkat daguku memberi perintah untuk menatapnya. Derasan air mata di pipi dan hatiku seakan menolak untuk melakukannya. Aku tetap saja menunduk.

“Tatap mata aku…!!!” hentak cowok itu sembari mengangkat lagi deguku, kali ini kepalaku yang membuatku terpaksa menatap wajahnya. Tapi aku sangat tak sanggup menatap mata hitamnya yang selalu membuatku meleleh satu tahun belakangan ini. Berada di hadapannya kini sangat menyakitkanku.

“Ikan sahabatnya Tata ?’ Tanya cowok itu lembut terhadapku sambil menatap teduh mataku dan menghapus air mataku yang terus saja membanjiri mataku.

Aku tak sanggup berkata apa-apa. Aku hanya menangguk pelan saat dia benar-benar berharap aku tak akan menganggukkan kepalaku. Dia memelukku erat dan menyandarkan kepalaku di dadanya, persis beberapa malam lalu saat dia resmi menembakku dan memintaku menjadi kekasihnya. Mengingatnya membuat hatiku terbakar. Malam itu aku berjanji untuk menjawabnya hari ini. Aku teringat Tata, aku tak mungkin mengkhianatinya. Tata terlalu baik padaku, aku bingung. Apa yang harus aku lakukan Tuhan ?

Dengan sadar kulepaskan pelukan cowok itu, tapi eratnya pelukannya mengalahkan tenagaku yang telah rontok sedari tadi. Aku mendongak kecil dan kulihat matanya yang basah dan kepalanya yang menatap atas menahan air matanya untuk keluar.

Disinilah aku, sahabat yang benar-benar jahat dan Dino anak Melati IPS1-3 gebetan Tata yang sedang memelukku erat.

“Udah dak, jangan siksa Ikan kayak gini.” Kataku lirih sembari melepaskan pelukannya. Aku berhasil mengendalikan diriku, kutatap matanya dan kukecup pipinya yang tinggi itu.

“Badak sayang sama Ikan, jangan tinggalin Badak yah.” Katanya memohon padaku. Badak adalah dia, dan ikan adalah aku tentunya. Tapi aku tak mungkin membuat sahabatku menangis jika Tata tahu kami menyayangi orang yang sama.

“Enggak dak, badak bukan buat Ikan, badak buat Tata. Jagain Tata ya badak, jangan sakitin dia, buat ikan dak…” kataku lirih bebarengan dengan pelukan badak terhadapku.

“Tapi badak sayang ma ikan, ikan harus jawab hari ini kan, jangan tinggalin badak. Badak gag peduli Tata…” kubungkam mulutnya dengan telunjukku.

“Ikan sayang sama badak, tapi badak ada buat Tata, ikan mohon. “ kataku lirih.

“Tapi bukan gini say caranya, aku sayang kamu, aku cinta kamu, kamu juga sayang kan sama aku? Jawab yang. . . bilang kalo Anit juga sayang and cinta sama Dino” aku hanya mengeleng kecil mendengar perkataan Dino. Ingin sekali ku katakan “AKU JUGA SAYANG AND CINTA BANGET SAMA KAMU”, tapi itu tak mungkin aku lakukan.

“Nit, dengerin aku yang, kenapa kita harus nyakitin hati kita masing-masing? Kita bisa jelasin ke Tata kan yang ? Tata pasti ngerti kok,” tuturnya lembut padaku.

“Kamu gag ngerti, dan kamu gag akan pernah ngerti posisi Tata yang selalu nungguin kamu, yang sayang sama kamu melebihi sayang aku ke kamu. Dia sahabatku ! Kalo kamu sayang ama aku, lupain aku and jadian sama Tata, kamu mau kan janji buat aku? Kali ini aja?” perih di hatiku sangat terasa, tapi aku sayang sama kamu dan Tata. Andai kamu tau itu Din.

“Aku gag bisa” katanya tegas.

“Gag bisa juga buat aku? Janji yang ma aku. . .” kataku lembut tapi sedikit menyentak.

“Tapii. . .”

“Janji buat aku, sekarang !!” kataku sekali lagi tapi dia hanya diam.

“Kenapa diem? Ayo janji !!” kali ini aku sedikit memaksa dan mengguncang pundaknya yang tinggi. Kali ini bisa kulihat air matanya mulai membasahi pipinya.

“Iya,” jawabnya singkat.

“Iya apa? Ayo janji yang, janji kamu bakal jagain Tata and jadian sama Tata, demi aku,” kali ini air mataku tak bisa aku tahan lagi. Tapi aku gag boleh nangis. Aku gag boleh.

“Iya,” katanya sembari terus mengecup biirku, kali ini ku lepaskan, dan dia berkata, “Iya aku bakal jagain dan . . . dan jadian ama Tata buat kamu,” Kini kulihat tubuhnya merosot terjatuh ke lantai dan berteriak sekencang-kencangnya.

Kukecup pipinya lagi dan segera ku ambil tasku di kamar atas. Aku berlari pulang. Badak sempat mencegatku di pintu tapi ku tangkis dia dan aku berlari sekencang-kencangnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayoo comment :p
makasi :D